Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di Indonesia meninggal
akibat komplikasi dalam persalinan. Melahirkan seyogyanya menjadi peristiwa
bahagia tetapi seringkali berubah menjadi tragedi. Sebenarnya, hampir semua
kematian tersebut dapat dicegah.
Karena itu tujuan kelimaMilenium Development Goals(MDGs) difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi
“kematian ibu”. Target MDGs adalah untuk menurunkan rasio hingga tiga
perempatnya dari angka tahun 1990. Dengan asumsi bahwa rasio saat itu
adalah sekitar 450, target MDGs adalah sekitar 110.
Kematian ibu melahirkan biasanya akibat kondisi darurat. Sebagian besar
kelahiran berlangsung normal, tetapi sebagian kecil diikuti komplikasi
akibat pendarahan dan kelahiran yang sulit. Komplikasi persalinan dapat
menimbulkan konsekuensi sangat serius. Berbagai potensi masalah lainnya bisa
dicegah apabila para ibu memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan.
Sekitar 60% persalinan di Indonesia berlangsung di rumah. Dalam kasus seperti
ini, para ibu memerlukan bantuan seorang ”tenaga persalinan terlatih”. Pada
2007 proporsi persalinan yang dibantu oleh tenaga persalinan terlatih, baik
staf rumah sakit, pusat kesehatan ataupun bidan desa, telah mencapai 73%. Angka
ini sangat bervariasi di seluruh Indonesia, mulai dari 39% di Gorontalo hingga
98% di Jakarta.
Kurangnya tenaga kesehatan khususnya bidan desa serta kurangnya
kualitas bidan akibat kurangnya pelatihan atau bahkan kurangnya peralatan
merupakan salah satu penyebab masih adanya masyarakat yang memilih bersalin di
tenaga persalinan tradisional. Mengapa banyak keluarga lebih memilih
tenaga tradisional? Karena berbagai alasan. Salah satunya, biasanya lebih murah
dan dapat dibayar dengan beras atau barang-barang lain. Keluarga juga lebih
nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan percaya. Mereka yakin bahwa
tenaga persalinan tradisional akan lebih mudah ditemukan dan beranggapan bahwa
mereka bisa lebih memberikan perawatan pribadi. Dalam kasus-kasus persalinan
normal, ini mungkin benar. Namun jika ada komplikasi, tenaga persalinan
tradisional mungkin tidak akan dapat mengatasi dan mungkin akan segan untuk
meminta bantuan bidan desa. Hal ini dapat mengakibatkan penundaan yang
membahayakan jiwa karena tidak secepatnya memperoleh perawatan kebidanan
darurat di pusat kesehatan atau rumah sakit. Keterlambatan dapat juga terjadi
karena kesulitan dan biaya transportasi, khususnya di daerah-daerah yang lebih
terpencil. Kita harus memperlakukan setiap persalinan sebagai satu
potensi keadaan darurat yang mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat
kesehatan atau rumah sakit, untuk penanganan cepat.
Memperhatikan segala factor risiko
dan usaha mencegah komplikasi persalinan yang tidak diinginkan tersebut maka
menjadi sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini dengan perencanaan untuk
melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih.